KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT, yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna
yang dilengkapi dengan akal pikiran, supaya manusia mampu memanfaatkannya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian shalawat beserta salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah SWT yang bertugas untuk
menyampaikan risalah-Nya sebagai petunjuk dan peringatan untuk manusia.
Penulisan makalah ini menjadi suatu
bahan bagi penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Secara umum makalah ini memuat materi tentang Perkembangan Fisik dan Perkembangan Perseptual Anak Usia
Sekolah Dasar serta Implikasi bagi
Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar.
Tim penulis telah berusaha maksimal membuat makalah ini, walaupun masih ada
kekurangan. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima
kasih dan kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini
terutama kepada:
1.
Ibu
Dra.Zaiyasni,S.Pd,M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan
arahan dalam proses perkuliahan
2.
teman-teman dalam
kelompok yang sudah bekerja keras mengerjakan
tugas ini
serta pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan dan bantuan yang
telah diberikan, menjadi amal kebaikan disisi Allah SWT. Penulis mengharapkan
kritikan dan saran demi kemajuan penulis dimasa depan. Semoga makalah dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak, baik yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung.
Akhir
kata, semoga Allah SWT. selalu memberikan kekuatan dan memberkahi semua amal
baik yang telah kita perbuat. Amin.
Padang, 19 September 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PEGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Fisik.................................................................... 3
B.
Perkembangan Perseptual ........................................................... 7
C.
Implikasi bagi
Penyelenggaraan Pendidikan di SD..................... 9
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................. 13
B.
Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR
RUJUKAN
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya ada banyak
faktor yang berpengaruh dan saling berhubungan dalam proses perkembangan anak.
Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang didapat dalam
interaksi lingkungan. Yang keduanya (unsur bawaan dan lingkungan) memiliki
pengaruh tertentu terhadap proses perkembangan anak tersebut.
Secara fisik anak pada usia
SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum
dan sesudahnya. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan
dipahami oleh para guru (calon guru) SD karena akan memiliki implikasi tertentu
bagi penyelenggaran pendidikan. Dalam hal ini diasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas anak, termasuk
aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas mental lainnya, akan banyak
dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Selain itu, juga diyakini bahwa pertumbuhan
fisik anak dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak
secara keseluruhan.
Dalam makalah ini, penyaji lebih memfokuskan dalam pembahasan perkembangan
fisik dan perkembangan perseptual anak usia SD serta implikasi bagi
penyelenggaraan pendidikan di SD.
Dengan bekal pemahaman tentang perkembangan anak usia SD, guru diharapkan
dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian yang khusus bagi orangtua.
Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa
yang akan datang.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua (tanpa arahan dan
pendampingan orang tua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang
hadir dan menghampiri mereka.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah
perkembangan fisik anak usia SD?
2.
Bagaimanakah
perkembangan perseptual anak usia SD?
3.
Bagaimanakah
implikasinya bagi penyelenggaraan pendidikan di
SD?
C.
Tujuan
Penulisan
Beranjak dari rumusan masalah di atas, maka diperolehlah
tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.
Untuk
mengetahui perkembangan fisik anak usia SD
2.
Untuk
mengetahui perkembangan perseptual anak usia SD
3.
Untuk
mengetahui implikasinya bagi
penyelenggaraan pendidikan di SD
II. PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Fisik
Anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia
sekitar 6-12 tahun. Dalam psikologi perkembangan, rentang usia tersebut
lazimnya disebut sebagai masa anak (middle and late chilhood), yaitu
suatu fase antara masa kanak-kanak (early chilhood) dan masa remaja (adolescene).
Sebutan lain yang sering digunakan adalah masa usia sekolah. Sebutan ini
mungkin diberikan karena anak pada usia ini mulai memasuki dunia pendidikan
formal, yaitu sekolah.
Pembahasan mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek tinggi
dan berat badan, serta proporsi tubuh dan dampak-dampak psikologis yang dapat
ditimbulkannya. Perkembangan fisik anak SD ini
mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
1. Tinggi dan Berat Badan
Menurut Khairanis (2000 : 36) Perkembangan fisik anak
usia SD bila dibanding dengan masa usia remaja dan usia dini cenderung lebih
lambat dan bersifat konsisten. Perkembangan ini berlangsung sampai terjadinya
perubahan besar pada awal pubertas. Rata-rata anak
usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan
tinggi badan 5-7 cm pertahun.
Menurut Mussen,
Conger & Kagan dalam Mubin (2006 : 91) sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa
badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota
badan relatif lebih pendek, kepala dan perut relatif lebih besar. Selama masa
akhir masa anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6 % dan berat bertambah
sekitar 10 % setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46
inci dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun tnggi anak mencapai 60
inci dan berat 40 hingga42,5 kg.
Jadi, perkembangan tinggi dan berat
badan anak usia SD cenderung lebih lambat dan bersifat konsisten. Pada masa ini
peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.
Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena
bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh
lainnya.
2.
Proporsi dan Bentuk
Tubuh
Menurut Khairanis (2000 : 36) “anak SD kelas-kelas awal umumnya masih
memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit
demi sedikit berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas
5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir SD, lazimnya proporsi tubuh anak sudah
mendekati keseimbangan”.
Sementara itu, menurut Desmita
(2009 : 77) Seiring
dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan pada masa
pubertas juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang
sebelumnya terlalu kecil, pada masa pubertas menjadi besar. Hal ini terlihat
jelas pada perkembangan tangan dan kaki,yang sering tidak proporsional.
Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini menyebabkan anak merasa kaku
dan canggung, serta khawatir bahwa badannya tidak akan pernah serasi dengan
tangan dan kakinya.
Kondisi dan
bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak psikologis tertentu kepada anak.
Kondisi proporsi tubuh yang kurang seimbang atau bentuk tubuh yang berkelainan
dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif, yakni berupa kekurangpuasan atau bahkan
penolakan terhadap dirinya sendiri (selfrejection). Hal demikian
tentunya akan dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, khususnya dalam
pembentukan kesan tentang tubuh (bodi image) dan konsep dirinya (self concept)
Secara
langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak
dalam bergerak. Seorang anak usia 6 tahun yang bagian tubuhnya sesuai dengan
usia tersebut, akan dapat melakukan hal-hal yang lazim dilakukan oleh anak
berumur 6 tahun. Namun apabila ia mengalami hambatan atau cacat tertentu,
sehingga tubuhnya tidak berkembang dengan sempurna. Maka tidak mungkin
mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya.
Sedangkan secara tidak langsung, perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak
memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain. Ini semua
akan tercermin dari pola penyesuaian diri anak secara umum. Seorang anak
misalnya, yang terlalu gemuk akan menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman
sebayanya. Di pihak lain, teman-temanya akan menganggap anak gendut itu terlalu
lamban, dan tidak pernah lagi diajak bermain. Semula timbul perasaan tidak
mampu, selanjutnya akan muncul perasaan tertimpa nasib buruk.
3. Otak
Otak
adalah sebuah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan Allah Swt. Untuk
mengindera dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak
ada untuk mengoptimalkan perilaku, sehingga tubuh mampu menghadapi tantangan
dan kesempatan yang datang setiap saat. Pada saat yang sama, otak juga
membangkitkan kewaspadaan. Aktivitas sel saraf yang terorganisir akan dirasakan
sebagai aktivitas mental yang teratur. Jadi, otak lebih dari sekadar suatu
gumpulan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya otak menjalar ke
seluruh tubuh. Tak satu pun organ atau sel dalam tubuh kita yang telepas dari
jangkauan otak
Menurut Khairanis (2000 : 39) “perkembangan otak dan system syaraf merupakan salah satu aspek terpenting dalam
perkembangan individu. Dalam otak
terdapat pusat-pusat syaraf yang mengendalikan perilaku”. Sementara itu, menurut
Desmita (2009 : 89)
“pada usia 5 atau 6 hingga 7 tahun, ukuran otak anak telah mencapai dua pertiga
otak orang dewasa, tetapi memiliki 5-7 kali lebih banyak sambungan antarneuron
dari pada otak anak sudah dapat dikatakan sempurna, tetapi cara kerjanya
terperinci di dalam otak masih memerlukan waktu untuk berkembang penuh”.
Bila dibandingkan dengan perkembangan bagian tubuh
lain, perkembangan otak
dan kepala jauh lebih cepat. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif anak. Dalam hal
ini, bukan sekedar kebutuhan nutrisi yang perlu dipenuhi, melainkan juga
diperlukan rangsangan-rangsangan yang membuat otak anak itu berfungsi.
4. Keterampilan Motorik
Menurut Mubin (2006 :
92) Dengan
terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa pertengahan dan
akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak lebih cepat
dalam berlari, dan makin pandai meloncat. Anak juga makin mampu menjaga
keseimbangan badannya. Penguasaan badan seperti membungkuk, melakukan
bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Selain itu, menurut Yusuf (2011 : 59) Fase
atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar,
dapat dijelasan sebagai berikut. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah
satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang
keberhasilan belajar peserta didik.
Sejak
usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang dibutuhkan untuk membidik,
menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Dari usia 8 hingga 10 tahun,
tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus
berkembang , dimana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi
lebih kecil dan lebih rapi. Pada usia 10 sampai 12 tahun, anak-anak mulai
memperhatikan gerakan-gerakan komplek, rumit, dan cepat, untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai
aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang
diatur oleh mereka sendiri, seperti permainan umpet-umpetan, dimana anak
menggunakan keterampilan motornya. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan
diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti olahraga,
senam, berenag dan lain-lain.
Motorik Halus
|
Motorik Kasar
|
Menulis
Menggambar atau melukis
Mengetik (komputer)
Merupa (seperti membuat kerajinan
dari tanah liat)
Menjahit
Membuatkerajianan dari kertas
|
Baris berbaris
Seni bela diri (seperti pencak
silat, dan karate)
Senam
Berenang
Atletik
Main sepak bola, dsb
|
Tabel
1 Perkembangan Motorik Anak (Yusuf, 2011 : 60)
B.
Perkembangan Perseptual
Perkembangan perseptual anak merupakan reaksi dari rangsangan untuk alat
indra. Baik melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, atau penciuman yang
kemudian akan diteruskan ke otak untuk diolah menjadi suatu persepsi yang belum
diketahui kebenarannya.
Perkembangan perseptual anak erat kaitannya dengan perkembangan sel dan
jaringan otak (Kartadinata, 1997 : 57). Aktivitas perseptual pada dasarnya
merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi
tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat-alat indra yang kemudian
diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak. Secara garis besar ada tiga
proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yaitu sensasi, persepsi dan
atensi. Namun dalam prosesnya, sensasi dan persepsi itu mungkin lebih sulit
dipisahkan. Artinya, kedua proses itu merupakan sesuatu yang berlangsung secara
bersamaan.
1. Sensasi
Sensasi yaitu peristiwa penerimaan informasi oleh
indra penerima. Sensasi terjadi saat adanya kontak antara informasi dengan
indera penerima. Contoh gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga
luar. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi secara
indrawi.
2. Persepsi
Persepsi
berasal dari bahasa Inggris “perseption” yang
diambil dari bahasa Latin “perceptio” yang
berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt, (1978) persepsi dala arti
sempit adalah “penglihatan”, yaitu
bagaiman cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi
adalah “pandangan” yaitu bagaimana seseorang dalam memandang atau
mengartikan sesuatu.
Menurut
Khairanis (2000 : 40) “persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra
penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari
aktivitas sensasi. Misalnya, orang menjadi tahu bahwa yang didengarnya itu
adalah suara musik, suara mobil, suara binatang dan sejenisnya”.
Sementara itu, menurut
Desmita (2009 : 115) Persepsi adalah salah satu aspek kognitif manusia yang
sangat penting yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia
sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan
memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang mengitarinya. Demikian
pula halnya dengan kehadiran peserta didik di sekolah, tidak akan mendapatkan
kemanfaatan yang berarti dari informasi atau materi pelajaran yang disampaikan
guru, atau mungkin akan menyesatkan, tanpa adanya pesepsi yang benar. Hal ini
karena persepsi menyangkut masuknya informasi ke dalam otak manusia.
Jadi,
persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya,
bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan rangsangan yang ada
dilingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian ia
memproses hasil penginderaanya itu, sehingga timbullah makna tentang objek itu.
Persepsi
seseorang terhadap suatu benda atau realitas belum tentu sesuai dengan benda
atau realitas yang sesungguhnya. Demikian juga, pribadi-pribadi yang berbeda
akan mempersepsikan sesuatu yang berbeda pula.
3.
Atensi
Menurut
Khairanis (2000 : 40) “atensi mengacu kepada
selektivitas persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju
kepada suatu objek atau informasi dengan mengabaikan objek-objek lainnya”.
Sementara itu menurut Desmita (2009 : 126) atensi atau perhatian
juga merupakan salah satu aspek perkembangan kognitif yang penting dalam
perspektif pemrosesan informasi. Tanpa adanya atensi dari peserta didik maka
informasi yang disampakan guru mustahil dipahami oleh peserta didik. Sebaliknya,
peserta didik yang memberikan atensi atau perhatian penuh dalam proses
pembelajaran, akan mudah memahami dari guru dan mudah pula menyimpannya dalam
sistem memorinya.
Jadi, atensi adalah suatu perhatian yang dikhususkan
untuk suatu objek dengan mengabaikan objek yang lain.
C.
Implikasi bagi Penyelenggaraan
Pendidikan di Sekolah Dasar
Meskipun tidak sepesat pada
usia dini, perkembangan fisik anak terus berlangsung selama usia SD. Begitu
pula perkembangan perseptual anak terus mengalami penajaman dan penghalusan.
Bahkan hampir semua aspek perseptual tersebut baru mencapai puncak
perkembangannya pada usia SD tersebut.
Hal lain yang perlu disadari
kembali bahwa perkembangan fisik dan perseptual anak itu memiliki keterjalinan
dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya permasalahan-permasalahan yang
terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif
terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya.
Dua pemikiran di atas
menyarankan agar pendidik benar-benar memberikan perhatian yang cukup terhadap
aspek perkembangan fisik dan perseptual anak. Perhatian pendidik terhadap aspek
ini bukan sekedar untuk kepentingan perkembangan fisik semata, melainkan untuk
kepentingan perkembangan dan aktivitas belajar secara keseluruhan.
Pemahaman kita tentang
karakteristik perkembangan fisik anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan
konsekuensi-konsekuensi yang dapat ditimbulkannya, akhirnya membawa beberapa
implikasi praktis bagi penyelenggaraan pendidikan di SD. Implikasi-implikasi
tersebut khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum,
pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan,
serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku sehat.
Anak usia SD
sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya
dari anak pada usia sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD dapat
memberikan perhatian yang lebih lama terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Namun perlu di ingat bahwa kondisi fisik mereka masih jauh dari
matang dan masih terus berkembang fisik
mereka masih memerlukan banyak gerak baik untuk kepentingan peningkatan dan
pengayaan keterampilan-keterampilan motoriknya maupun untuk pemenuhan kebutuhan
akan gerak dan kesenangan mereka. Begitu pun kondisi perkembangan perseptualnya
masih mengalami penajaman dan penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan
berkembang dengan baik kalau dirangsang dan di fungsikan melalui interaksi
dengan lingkungan.
Berikut beberapa srategi yang dapat
digunakan guru dalam membantu peserta didik mengembangkan proses-proses
kognitifnya :
1.
Ajak peserta didik untuk memfokuskan
perhatian dan meminimalkan ganguan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengemukakan
tujuan pembelajaran, mengemukakan tentang pentingnya materi bagi mereka.
Kemukakan juga kepada peserta didik betapa pentingnya memfokuskan perhatian
ketika ia harus mengingat sesuatu. Beri mereka latihan memfokuskan perhatian
tanpa adanya gangguan.
2.
Gunakan isyarat, gerakan dan perubahan
nada suara yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang penting. Caranya bisa dengan
memperkeras suara, mengulangi sesuatu dengan penekanan, berjalan keliling
ruangan, menunjuk, dan sebagainya.
3.
Bantu peserta didik untuk membuat
isyarat untuk petunjuk sendiri atau memahami suatu kalimat yang perlu mereka
perhatiakan. Beri variai dari bulan ke bulan dan menu opsi untuk dipilih,
seperti “perhatian”, “fokus”, atau
“ingat”. Biarkan mereka mengungkapkan kata-kata tersebut atau mengucapkannya
dalam hati pada diri mereka untuk memfokuskan kembali fikiran mereka yang
mungkin tidak konsentrasi.
4.
Gunakan komentar instruksional, seperti
“baik, mari kita diskusikan ...sekarang perhatikan.”
5.
Buat pembelajaran menjadi menarik.
Caranya mungkin dengan menghubungkan suatu gagasn dengan minat siswa sehingga
meningkatkan perhatian mereka, seskali beri latihan yang tidak biasa dan
menarik. Bangkitkan rasa ingin tahu mereka dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti : “Apa yang akan terjadi jika....?” dan pertanyaan-pertanyaan dramatis lain untuk
memperkenalkan berbagai topik yang akan diajarkan.
6.
Gunakan media dan teknologi secar
efektif sebagai bagian dari penagajran di kelas.
7.
Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk
membuat proses pembelajran menjadi lebih menyenangkan, mengurangi kejenuhan dan
meningkatkan perhatian.
8.
Ubah lingkungan fisik dengan mengubah
tata ruang, model tempat duduk, atau berpindah pada satu setting berbeda.
9.
Ubah jalur indrawi dengan memberi suatu
pelajaran yang mengharuskan peserta didk menyentuh, membaui atau merasakan.
10.
Hindari perilaku yang membingungkan,
seperti mengayun-ayunkan pensil atau menyentuh rambut di kepala.
11.
Dorong peserta didik untuk mengingat
materi pembelajaran secara lebih mendalam, bukan mengingat sepintas lalu. Anaka
akan mengingat informasi dengan lebih baik dalam jangka panjang apabila mereka
memahami informasi tersebut, bukan sekedar mengingat tanpa pemahaman.
12.
Bantu peserta didk menata informasi yang
akan dimasukkan ke dalam memori. Penataan ini dianggap penting karena peserta
didik akan mengingat informasi dengan lebih baik jika mereka menatannya secar
hierrarkis. Semakin tertata informasi yang disajikan guru, maka semakin mudah
peserta didik mengingatnya.
13.
Bantu peserta didik mengingat kembali
informasi yang disajikan sebelumnya. Pembelajaran merupakan integrasi informasi
baru dengan struktur kognitif yang ada.
14.
Bantu peserta didik memahami dan
mengombinasi informasi. Stategi untuk membantu peserta didik memahami pelajaran
dan mengombinasi informasi lama dengan informasi baru adalah membuat setiap
pembelajran sebermakna mungkin. Pembelajaran bermakna bukan hanya dilihat dari
aspek materi atau bahannya yang bermakna, tetapi juga bermakna bagi peserta
didik secara khas. Jika peserta didk sendiri tidak menemukan makna bagi diri
mereka maka, keahlian, keterampilan dan pemahaman tidak mungkin terbentukpada
diri peserta didik. Dengan demikian pembelajaran yang bermakna dipersentasikan
dengan kosakata yang memiliki arti bagi peserta didik. Istilah-istilah baru
dijelaskan dengan menggunakan kata dan iede yang lebih akrab.
15.
Latih peserta didik menggunakan strategi
mnemonik. Mnemonik adalah salah satu strategi dengan cara menghafal. Tujuan
mnemonik adalah untuk menghubungkan materi baru yang diajarkan dengan informasi
lama yang sudah di kenal.
III. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bila
dibanding dengan pada usia dini dan masa remaja, pertumbuhan fisik anak pada
usia SD cenderung lebih lambat dan relatif konsisten. Laju perkembangan seperti
ini berlangsung sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada awal pubertas.
Pembahasan mengenai perkembangan fisik anak SD mencakup aspek tinggi dan berat badan, serta proporsi
tubuh dan dampak-dampak psikologis yang dapat ditimbulkannya.
Perkembangan perseptual anak merupakan reaksi dari rangsangan untuk alat
indra. Baik melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, atau penciuman yang
kemudian akan diteruskan ke otak untuk diolah menjadi suatu persepsi yang belum
diketahui kebenarannya. Secara garis besar ada tiga proses aktivitas perseptual
yang perlu dipahami, yaitu sensasi, persepsi dan atensi. Sensasi yaitu
peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Persepsi
merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi. Atensi adalah suatu perhatian yang dikhususkan untuk
suatu objek dengan mengabaikan objek yang lain.
B.
Saran
Melalui penulisan
makalah ini diharapkan guru SD dan calon guru SD dapat mengetahui dan
memahami tugas perkembangan anak usia SD serta melaksanakan praktek pendidikan
yang diperlukan dalam melayani tugas perkembangan anak, karena setiap individu memiliki perbedaan
tahapan pertumbuhan
dan tugas perkembangan yang
berbeda pula sehingga guru maupun calon guru SD harus memahami hal tersebut
mengingat di lapangan mungkin saja akan dijumpai beberapa siswa yang mengalami
perkembangan yang lambat sehingga mengalami kesulitan dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Desmita.
2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosda Karya.
Khairanis
dan Darnis Arif. 2000. Perkembangan dan
Belajar Peserta Didik. Padang: DIP Universitas Negeri Padang.
Mubin
dan Ani Cahyadi. 2006. Psikologi
Perkembangan. Ciputat: Quantum Teaching.
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandi. 2011, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
YA
BalasHapusCasino Games Near Me: The Home of Quality Gaming in San Diego
BalasHapusCasinos near San Diego area. The nearest 바퀴벌레 포커 casino to 포커 사이트 San Diego 야구 분석 is the Hard Rock 벳페어 Hotel & Casino. The casino is located freckledfoodnut.com on the famous
Slot Machines - Dr.MCD
BalasHapusThe Sega Genesis' music 남원 출장안마 is a complex 사천 출장마사지 mix of 통영 출장마사지 over-the-top and 김천 출장안마 The Ringer/Comix 화성 출장안마 Zone soundtrack is a fun mix of upbeat/